Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) merayakan ulang tahun keduanya dengan memberikan penghargaan kepada 16 periset muda yang berkontribusi terhadap dunia usaha dan masyarakat. Ketua Umum PPI Syahrir Ika mengatakan penghargaan itu terdiri dari tiga kategori, yaitu peneliti, perekayasa, dan dosen yang masuk menjadi nominator PPI Young Research.
“Indonesia akan memiliki daya saing tinggi jika peneliti menghasilkan karya yang bermanfaat untuk dunia usaha dan masyarakat,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Juara pertama kategori peneliti diberikan kepada Athanasia Amanda Septevani dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sedangkan, juara pertama kategori dosen diraih Muhammad Cahyadi dari Universitas Sebelas Maret. Adapun juara pertama kategori perekayasa diraih oleh Prasetyo Aji dari Pusat Riset Konvensi dan Konservasi Energi BRIN.
Athanasia mendapatkan penghargaan karena berhasil merintis kerja sama yang melibatkan tiga entitas penting, yaitu universitas, instansi pemerintah, dan industri guna mewujudkan produk inovasi pengembangan teknologi biorefinery terintegrasi.
Salah satu contoh karya Athanasia adalah produk nano paper untuk layar ponsel dari limbah sawit yang tak mudah retak.
Demikian pula Muhammad Cahyadi dari kategori dosen merupakan guru besar termuda, ketika itu pada usia 37 tahun, dengan karya yang bermanfaat bagi masyarakat di bidang peternakan.
Sementara, Prasetyo Aji merupakan perekayasa yang sukses merancang kendaraan berbasis listrik.
Ketua Panitia PPI Young Researcher Award, Nurmahmudi, mengatakan penghargaan kepada para periset muda memiliki tiga tujuan utama. Pertama, sebagai bentuk apresiasi kepada periset muda Indonesia yang berprestasi agar menjadi teladan periset lainnya.
Para kandidat juara telah dievaluasi oleh tim juri dari berbagai latar belakang sehingga hasil yang ditetapkan telah diupayakan seobyektif mungkin.
Tujuan kedua adalah sebagai bentuk promosi profesi periset ke para pemuda Indonesia agar generasi muda tertarik menjadi periset karena saat ini perbandingan jumlah antara periset muda dan periset senior lebih banyak periset senior.
Profesi periset di Indonesia yang dimaksud adalah periset muda baik sebagai aparatur sipil negara (ASN) maupun di perguruan tinggi serta sebagai periset di dunia usaha, lembaga nirlaba, maupun individu.
Keberadaan periset muda yang dimaksudkan tidak selalu harus bergabung sebagai ASN di BRIN, sehingga di ajang ini terbuka untuk periset non ASN sepanjang menjadi anggota PPI. Dengan demikian menjadi peneliti tidak perlu menunggu adanya formasi peneliti dari Kemenpan-RB.
“Saat ini bentuk proporsi periset muda dengan senior seperti piramida terbalik. Dunia riset belum mendapat keuntungan dari bonus demografi di Indonesia. Profesi periset harus dipromosikan terus,” kata Nurmahmudi yang pernah menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan serta Walikota Depok tersebut.
Tujuan ketiga adalah sebagai bentuk promosi hasil riset Indonesia kepada dunia usaha, khususnya dunia usaha yang digeluti para pemuda dan atau industri yang berorientasi pada produk inovasi, sehingga dapat menunjukkan bahwa periset Indonesia mampu memperoleh hasil yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha terutama di dunia digital.
Nurmahmudi berharap melalui wahana PPI Young Researcher Award kelak lahir ekosistem yang saling menguntungkan antara periset dan dunia usaha demi kokohnya industri dan manufaktur Indonesia menyongsong target Indonesia Emas tahun 2045.