Perhimpunan Periset Indonesia atau PPI menyebut Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo memiliki perhatian sama besar terhadap periset.
Ketua Umum PPI Ir. Syahrir Ika, MM menyatakan, Anies dan Ganjar ingin supaya periset atau entitas periset menjadi sentral pembangunan. Jadi ketika mengambil kebijakan, periset menjadi sentral.
”Kalau memanfaatkan potensi para periset ini untuk mengembangkan Iptekin maka strateginya itu adalah penugasan, berarti ada vision yang diturunkan dan budget (anggaran) mengikuti,” tutur Syahrir Ika.
Syahrir meyakini, kebijakan anggaran untuk bidang Iptekin akan berubah jika mereka peduli pada dunia riset. Dia memandang, mereka memiliki rasa empati kepada para nasib periset di Tanah Air.
”Mereka punya keyakinan kami (periset) berada di samping pemerintah, jadi mereka optimistis bangsa ini bisa maju didampingi para periset, yang banyak ahlinya,” ucap Syahrir Ika.
Dalam paparannya, lanjut dia, Anies dan Ganjar sama-sama yakin nasib Bangsa Indonesia akan jauh lebih baik jika para periset dioptimalkan. Selain itu, mereka berjanji melanjutkan berbagai program baik yang sudah dijalankan, misalnya keberanian melawan ancaman terhadap penjegalan ekspor nikel yang menjadi kekayaan Indonesia.
”Mereka juga memiliki kebaruan terhadap kebijakan yang akan dibuat. Kebaruan yang ditawarkan memiliki keunikan masing-masing,” tutur Syahrir Ika.
”Nanti akan mereka tawarkan kepada publik, lalu publik dipersilakan menilai dan memberi supporting (dukungan) siapa yang mereka percaya untuk memimpin negeri ini. Intinya mereka memiliki kesiapan sebagai capres dan itu di berbagai bidang, tapi saya lihat mereka punya fokus-fokus, ada yang sama dan ada berbeda sedikit tapi separuh sama, seperti pada 2045 (Indonesia Emas) menjadi target,” ujar Syahrir.
Syahrir Ika menyatakan, akan menyampaikan naskah akademik kepada Prabowo. Naskah akademik itu merupakan buah pemikiran PPI yang seusai acara diberikan kepada bakal calon presiden. ”Anies dan Ganjar sudah menerima,” ucap Syahrir Ika.
Menurut dia, naskah akademik itu harus diterima Prabowo sebagai bukti bahwa organisasi yang dibentuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2021 ini tidak berpihak kepada bacapres tertentu. Dia berharap, naskah akademik dapat dipelajari masing-masing Bacapres karena itu merupakan hasil penelitian dari para periset.
”Naskah akademik tersebut diharapkan bisa menjadi panduan atas solusi yang ada, ketika salah satu dari mereka menjadi pemimpin di Indonesia. Kami akan atur bagaimana baiknya pertemuan itu, karena kalau tidak kami sampaikan justru itu kurang bagus buat PPI. Seolah-olah kami memberikan ruang kepada dua bacapres, jadi apapun caranya akan kami sampaikan kepada Pak Prabowo,” terang Syahrir Ika.
Sementara itu, Anies Bawedan menyebut harus ada kemauan politik dari pemerintah dengan komitmen fiskal atau meningkatkan alokasi anggaran supaya inovasi dan pilihan riset disesuaikan dengan kebutuhan organisasi penelitian. Selain itu, mempermudah regulasi untuk para peneliti di Indonesia karena selama ini pengurusan administrasi dinilai tidak praktis.
”Menurut saya negeri ini sudah harus terbuka izinkan anak-anak bangsa lakukan penelitian dengan mudah,” ucap Anies.
Sedangkan Ganjar menyebut bakal memberikan insentif kepada periset dan pihak swasta. Apabila insentif diberikan beberapa fokus hal seperti pangan, digital berbasis kecerdasan buatan, dan transisi energi terbarukan, dapat diselesaikan.
”Kalau itu diberikan yang ada dalam pikiran saya beberapa fokus isu penting itu akan bisa diselesaikan oleh satu titik dan dalam hal tertentu itu mesti betul-betul ada yang mengawasi. Kalau perlu jadi pandangan nasional dan laporannya langsung ke presiden kalau di situ makanya tidak ada yang mengganggu pasti,” tutur Ganjar.